Jurus Ampuh, Bapak
Kemarin Sabtu, ngelembur skripsi. Kira-kira mulai sekitar pukul 18.00 dan kelar pukul 02.00. Bagi saya, ini durasi lembur yang terbilang cukup lama. Itu pun hanya menghasilkan lima paragraf. Tidak apa-apa yang penting progress.
Biasanya kalau kemarin sudah ngelembur, besok harinya tidak perlu mengerjakan skripsi sampai berlarut-larut. Paling cuma baca-baca hasil tulisan lembur kemarin, semacam sudah runtut apa belum tulisannya. Syukur-syukur bisa nambah paragraf (tapi ini kemungkinannya kecil).
Lalu, semisal kemarinnya sudah lembur sampai menjelang subuh begitu. Sudah pasti ujungnya bangun siang, badan langsung ngregges, dan musti segera minum Tolak Angin. Memang Tolak Angin adalah kunci untuk kondisi seperti ini.
Sementara, hari ini, saya memutuskan untuk tidak melanjutkan mengerjakan skripsi. Lebih baik menghabiskan waktu di kasur, melanjutkan baca buku demotivasi karya Syarif Maulana, plus mendengarkan kompilasi lagu susunan Iqbal (teman ngopi, dan kebetulan doi juga gitaris hardcore kece habis). Sungguh keputusan yang cocok dan ciamik.
Saat disela-sela baca buku. "Mas, mangan mie ayam gelem nggak?" Tiba-tiba, Bapak ngajak makan di luar rumah. Oh, tentu saja. Tanpa banyak pertimbangan, saya langsung segera mengiyakan ajakan Bapak.
Saya menduga Bapak akan mengajak makan mie ayam Bandung langganannya. Ternyata dugaan itu meleset. Bapak justru mengajak makan mie ayam langganan saya sendiri. Mie ayam Wonogiri, gerobak biru, nama warungnya Tidar. Ini bedanya saya dengan Bapak. Mungkin karena Bapak sudah punya penghasilan cukup, makanya kalau milih makanan yang pasti tempatnya cukup bersih dan sedikit milih-milih. Sedangkan, bagi saya untuk perkara tempatnya bersih atau tidak itu malah jadi pilihan kedua. Pokoknya yang penting porsinya banyak dan murah.
Kayaknya lirik lagu "Kere Hore" milik Shaggydog cukup melekat untuk orang-orang seperti saya, "kere, kere hore. Nggak punya duit yang penting oke."
Singkat waktu, setiba di Tidar. Kami berdua langsung makan dengan lahap karena kebetulan dari pagi kami sama-sama belum sarapan. Kebetulan juga, Ibu sehari penuh lagi pergi piknik sama ibu-ibu PKK rumah. Walhasil, Ibu tidak sempat membuatkan sarapan pagi. Malangnya nasib kami berdua.
"Mas, meh sidang kapan?" Tanya Bapak, tiba-tiba, pas lagi di tengah-tengah makan.
"Lololo..." Sahut saya dengan bingung.
Jujur, saya bingung sama Bapak. Kayaknya baru bulan kemarin sidang seminar proposal, kok sudah ditanya sidang aja. Dipikir mengerjakan skripsi kayak mengerjakan esai. Heran.
Sebenarnya pertanyaan Bapak pengin saya jawab ala-ala Queen Lala. "Bapak ini, ada-ada saja." Tapi, takut nanti kalau Bapak ngambek. Hehe...
Setelah, kelar makan. Saya membatin pas perjalanan pulang, mungkin ini jurus ampuh Bapak buat melunakkan hati saya. Keren juga. Milih makanan apa yang saya sukai, terus sambil dilempari pertanyaan yang konon katanya bikin sensi mahasiswa-mahasiswa tingkat akhir.
Ya sudahlah. Akhirnya saya berubah pikiran. Nanti malam saya mau mengerjakan skripsi saja. Bergegas!
Komentar
Posting Komentar