Selamat Datang, Rosa
Per hari ini, aku resmi menjadi seorang paman. Maria Rosaria Adriani Wibowo, demikian nama anak perempuan dari Mbak Riska dan Mas Tio.
Rosa lahir dengan tangisan yang begitu kencang, sampai-sampai terdengar di ruangan tunggu rumah sakit.
Aku, Bapak, dan Ibu langsung merespon tangisan itu dengan penuh haru dan syukur. Terlebih Ibu yang kerap devosi di tengah malam untuk anak sulungnya.
Jauh sebelum Rosa lahir di dunia ini, aku dan Ibu sempat mengalami mimpi yang sama. Dalam mimpi tersebut, aku melihat Ibu menggendong bayi perempuan dengan wajah penuh cahaya dan berambut ikal. Begitu juga dengan Ibu.
Tapi anehnya, mimpi itu terjadi tepat pada tanggal 19 Maret, yang mana ditetapkan sebagai hari St. Yosef.
Dalam kisahnya, St. Yosef terkenal sebagai orang yang biasa-biasa saja, setia dalam perkara kecil, serta taat kepada Allah melalui mimpi saat istrinya, Maria, mengandung Yesus.
Namun Gusti Allah tampaknya membuat mimpi itu bukanlah sekadar mimpi biasa saja.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Quintus Septimius Florens Tertullianus (155–230), Bapa Gereja Latin di awal kekristenan, “Bukankah diketahui oleh semua orang bahwa mimpi adalah cara lazim Allah mewahyukan diri kepada manusia.”
Kepada Rosa, aku sebagai paman, tak berharap banyak. Tapi satu hal yang pasti, jadilah manusia yang memiliki welas asih terhadap sesama. Terlebih kepada kedua orang tuanya.
Selain itu, tak perlu juga berambisi meninju congkaknya dunia, tapi cukup bersabar dalam kesesakan dan menyerahkan itu semua kepada Allah Bapa, Putra, dan Roh Kudus.
Selamat datang dan menempuh kehidupan, Rosa.
Komentar
Posting Komentar