Bangunan Pasar Bulu: Tidak Ramah Orang Tua
Kalau bukan karena Bapak, mungkin saya tidak akan pernah melihat jelas wajah Pasar Bulu Semarang yang baru. Tepatnya, tahun 2015, pasar ini sudah mulai tampak agak modern.
Ketika sesampai di Pasar Bulu, saya langsung menuju ke tukang sol karet sepatu. Karena memang itu tujuan utamanya.
Konon, penjahit sepatu handal terpercaya dan cepat (dalam arti: bisa ditunggu) salah satunya di sini. Tentu, saya percaya-percaya saja omongan Bapak untuk babagan bengkel.
Sembari menunggu sepatu selesai diperbaiki. Saya mencoba memutari Pasar Bulu. Dari lantai satu sampai lantai tiga.
Berdasarkan penglihatan, sepertinya setiap lantai sudah dikelompokan. Dari lantai satu untuk tukang servis jam tangan. Lalu lantai dua untuk penjual sayuran, buah, dan ikan. Sedangkan lantai tiga untuk alat-alat perabotan rumah.
Namun, yang janggal saat berkeliling adalah banyaknya kios-kios yang kosong. Saya sempat mengira kalau yang kosong itu karena sedang tutup. Ternyata memang tidak dipakai untuk berjualan.
Karena rasa kepo sudah terpenuhi. Segera mungkin saya kembali ke bengkel sepatu, dan mencoba menanyakan ke bapak sol karet kenapa pasar sepi. Ia menyampaikan, ada banyak faktor yang memungkinkan.
Pertama, pasar ini kalah dengan orang yang mau berjualan sayur di gang-gang rumah. Kedua, bisa jadi kalah dengan pasar modern. Lalu, yang ketiga, bangunan yang tidak ramah orang tua.
Setelah melemparkan pertanyaan. Saya mencoba melihat sekitar di mana letak yang dimaksud tidak ramah orang tua itu. Selang beberapa menit kemudian, bapak sol karet bilang, mungkin karena bangunannya dijadikan bertingkat.
Apa yang disampaikan bapak sol karet ini cukup terdengar masuk akal. Sejak awal masuk pasar, pendatang sudah dihadapi tangga bertingkat terlebih dahulu.
Selain itu, adanya eskalator di dalam pasar tampaknya juga tidak membantu. Ya, karena itu tadi, kemungkinan orang-orang sudah malas untuk menaiki tangga bertingkat.
Lalu, pengelompokan penjual yang mungkin tidak strategis. Mengapa penjual sayur, buah, dan ikan, tidak di lantai pertama?
Maka konsep bangunan Pasar Bulu yang baru ini seperti tidak terkesan fenomenal dan fungsional. Dan, mungkin di alam lain sana, Thomas Karsten lagi mbatek sambil ngumpat, "piye tho ndes-ndes..."
Komentar
Posting Komentar